Senin, 23 Agustus 2021

Memperjuangkan Kesetaraan Melalui Guratan Guru Honorer


Sumber Gambar: FREEPIK

Pernah saya bertanya kepada kakak ipar yang kebetulan seorang guru honorer, bagaimana kesan menjadi guru honorer. Namun menurutnya semua profesi harus dihadapi seperti minum segelas kopi. Dengan sedikit menghela nafas, dia pun mulai bercerita tentang apa yang di dapatnya selama menjadi guru honorer, yang bercita cita mencerdaskan anak bangsa.

Jika kita membahas tentang pendidikan, sudah pasti kita membahas tentang sekolah. Sekolah pasti tidak terlepaskan dari sosok seorang guru, dan sayangnya semboyan pahlawan tanpa tanda jasa sudah mulai dilupakan khususnya di tengah siswa milenial sekarang ini.

Dengan meneguk secangkir kopi hangat, kakak ku sangat bersemangat untuk mulai bercerita lebih tentang profesinya sebagai guru honorer. Walaupun kenyataannya keadaan guru honorer di negeri kita ini sedang tidak baik baik saja. Terdapat banyak permasalahan klasik yang menurut hemat saya belum sepenuhnya terselesaikan. Berikut sepenggal cerita dari curahan hati sang kakak, tentang Pekik (Belum) Merdekanya Guru Honorer di negeri tercinta bernama Indonesia:

1. Beban Guru Honorer

Sumber Gambar: FREEPIK

Hal pertama yang menjadi beban guru honorer saat pembelajaran di masa pandemi ini adalah sarana dan prasarana pada saat kegiatan mengajar. Kelengkapan seperti telepon pintar, yang harus disediakan sendiri membuat kesulitan para guru honorer. Karena keterbatasan spesifikasi gawai yang mempengaruhi tampilan dan suara yang dihasilkan menjadi kurang maksimal. Sehingga sering terjadi salah tanggap baik ketika guru sedang menjelaskan ataupun ketika murid sedang bertanya.

Dengan hal dan pertanyaan yang sama ditanyakan berulang kali, yang disebabkan oleh keterbatasan spesifikasi alat komunikasi pada saat kegiatan belajar mengajar. Justru akan berdampak buruk kepada guru honorer yang mana pada akhirnya para siswa yang mendapat nilai buruk tentu sedikit banyak akan melimpahkan kesalahan itu kepada para guru honorer karena dianggap tidak tanggap dan tidak cakap dalam mengajar. Yang mana seharusnya pemerintah, atau pihak terkait dapat mengerti betul akar permasalahan yang terjadi di tingkat dasar. Penyediaan sarana dan prasarana seperti gawai yang mumpuni ataupun Notebook. Menjadi penting di saat pembelajaran daring seperti saat ini, karena yang terjadi di lapangan adanya perlakuan khusus antara guru yang berstatus PNS dan guru Honorer. Nah, persamaan hak inilah yang seharusnya pemerintah dan dinas terkait segera benahi agar dapat sedikit membantu meringankan beban para guru honorer.

2. Tunjangan Pendidikan
Sumber Gambar: FREEPIK

Lalu, yang kedua adalah Tunjangan. Mengajar dan totalitas dalam mengajar, tentu sudah tidak diragukan lagi walaupun berstatus sebagai tenaga pengajar honorer. Semangat yang sama pun yang dirasakan oleh kakak saya ketiga mengajar baik secara tatap muka maupun secara daring seperti saat ini. Karena menurutnya keinginan mencerdaskan siswa bangsa menjadi diatas nilai kemanusisaan yang dirasakan oleh para guru. Tuntutan untuk selalu memberikan pengajaran yang baik terkadang bertolak belakang dengan realita sesungguhnya.

Dimana tanggung jawab yang besar tidak dibarengi dengan insentif yang layak khususnya bagi guru honorer, Padahal profesi sebagai tenaga pengajar masih banyak yang kondisinya kurang sejahtera sehingga sebagian guru kurang mampu mengajar dengan baik dikarenakan mungkin sedang terdapat beban lain yang difikirkan diluar pendidikan. Oleh karena itu, banyak guru honorer yang membuka les private atau bimbingan belajar diluar jam sekolah untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Jadi menurut saya, sangat penting sekali pemerintah agar secepatnya membenahi masalah tunjangan untuk guru honorer ini. Demi penghidupan yang layak dan kesejahteraan sosial.

3. Status Kepegawaian

Sumber Gambar: FREEPIK

Apakah masih relevan bahwa 'Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa'?

Perkataan tersebut selalu di gaungkan tatkala keberhasilan seorang guru dalam mendidik siswa siswinya mendapatkan hasil yang baik ketika mendapatkan suatu penghargaan di bidang akademik. Namun jika sebaliknya, ketika banyak siswanya yang memperoleh nilai dibawah rata rata dibandingkan sekolah lain. Atau beberapa oknum siswa yang ternyata terbukti melakukan tindakan kekerasan atau hal tidak terpuji lainnya. Maka kembali lagi, pihak guru lah yang dalam hal ini yang paling sering mendapat teguran bahkan cibiran dari wali murid maupun masyarakat secara luas. Karena dianggap tidak mampu untuk membenahi sistem pembelajaran di sekolahnya.

Kembali lagi kaka ku bercerita, dari dua realita dunia pendidikan diatas. Maka kami lah sebagai guru honorer yang paling banyak terkena imbasnya. Karena dalam hal ini, status kepegawaianlah yang terkadang dijadikan rujukan untuk menilai siapa yang akan disalahkan untuk setiap kesalahan yang terjadi. Ya, guru honorer masih dipandang sebelah mata oleh guru ataupun perangkat pendidikan yang berstatus pegawai negeri. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa perlu jalan yang teramat panjang bagi seorang guru honorer diangkat statusnya menjadi PNS.

4. Pengharapan Kepada Pemerintah

Sumber Gambar: FREEPIK

Sinergi antara penghidupan, pengharapan dan pengabdian seakan menjadi kata kunci bagi seorang guru honorer. Menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi seakan sudah menjadi tutur halus bagi seorang pengajar.

Kemerdekaan Indonesia terbentuk salah satunya adalah untuk membebaskan masyarakatnya dari kebodohan dan keterbelakangan dalam pendidikan. Bahkan saat ini menurut hasil survey terbaru peringkat pendidikan di Indonesia masih berada di urutan 65 dari 68 negara di dunia. atau tertinggal 128 tahun sistem pendidikannya dibandingkan dengan peringkat pertama. Lalu, apakah Indonesia sudah merdeka?. Sayangnya saya merasa di dunia pendidikan ini kita masih belum merdeka seutuhnya. Selama kesejahteraan para guru honorer masih jalan di abaikan oleh pemerintah.

Menurut hemat saya, sebagai adik dari seorang kakak yang berprofesi sebagai guru honorer. Melihat anggaran negara yang dialokasikan untuk pendidikan setiap tahunya yang berkisar ratusan triliun rupiah ada baiknya sebahagian di alokasikan kepada tenaga pengajar honorer. Karena sebaik baik ilmu yang didapat oleh seorang siswa tentu pertama kali hadir dari sosok guru di sekolah. Bukan dari bangunan gedung sekolah yang megah maupun fasilitas yang mewah, namun, semua berawal dari ilmu yang diberikan oleh seorang guru kepada muridnya secara tulus tanpa pamrih.

Sebagai harapan kepada pemerintah, saya berharap sekali untuk Memerdekakan para guru honorer. Merdeka dari diskriminasi, Merdeka dari kesenjangan status, dan Merdeka dari kesetaraan upah. Saya percaya, Pendidikan yang bermutu dapat terlaksana apabila kesejahteraan para guru honorer diperhatikan. Peningkatan kompetensi guru akan berada pada tahap optimal dengan sendirinya. 

Jika kakak saya sampai hari ini dapat tegar berdiri sebagai guru honorer. Maka anda dan ribuan guru honorer lainnya pun pasti bisa terus berjuang untuk memperjuangkan hak sebagai guru honorer yang Merdeka.

#hutri76
#lombamenulis
#lombapidotaorasi
#tamsillinrung
#dasadlatif
#hersubeno